Bupati dan
DPRD Majene Tinjau
Pulau Lere-lerekang
MAJENE — Harapan Kabupaten
Majene meraih pendapatan dari hasil pengelolaan minyak dan gas, segera
terwujud. Pearl Oil selaku perusahaan yang memenangkan tender pengelolaan
potensi migas di sekita Pulau Lere-lerekang. Tadi malam, 3 Juni, sekra pukul
20.30 Wita, rombongan Pemkab Majene meninggalkan dermaga Majene menuju pulau
Lere-lerekang di Selat Makassar. Rombongan terdiri dari kurang lebih 40 orang
yang dipimpin Bupati Majene Kalma Katta. Mereka menumpangi kapal KM Napoleon.
“Setelah pertemuan di Surabaya dengan Pearl Oil, kami mendapat informasi bahwa
di dekat pulau Lere-lerekang dibangun kilang. Dan sesuai dengan rencana, Pemkab
Majene akan rutin mengunjungi pulau Lere-lerekang. Maksudnya, dengan informasi
tersebut kunjungan yang keempat ini dipercepat. Pertimbangan lainnya, saat ini
cuaca lumayan baik,” kata Kalma Katta. Pelayaran kali ini cukup ramai, selain
diikuti Bupati Majene, juga beberapa kepala SKPD, mantan Bupati Majene yang
juga Anggota DPRD Sulbar M Darwis, anggota DPRD Majene, kepolisian, dan TNI,
juga ikut. Menurut Komisi II DPRD Majene yang juga Ketua Tim Advokasi
Lere-lerekang, Rusbi Hamid, kunjungan ini akan semakin mempertegas komitmen
pemerintah, DPRD, dan maayarakat Majene akan kepemilikan
pulau tersebut. “Perlu segera upaya legalitas Pulau Lere-lerekang paska putusan MA, yakni dengan menerbitkan keputusan Mendagri tentang penetapan pulau tersebut sebagai milik Sulbar,” sebut Rusbi. Perlu diketahui, Pulau Lere-lerekang berjarak 105 mil dari pesisir Majene. Dibutuhkan waktu 9-10 jam menuju pulau itu jika menggunakan kapal dengan kecepatan 1 knot. Letak kilang migas itu sendiri tidak persis berada di Pulau Lere-lerekang, melainkan 18 kilometer sebelah timur pulau itu atau berada diantara Lere-lerekang dan Majene.
pulau tersebut. “Perlu segera upaya legalitas Pulau Lere-lerekang paska putusan MA, yakni dengan menerbitkan keputusan Mendagri tentang penetapan pulau tersebut sebagai milik Sulbar,” sebut Rusbi. Perlu diketahui, Pulau Lere-lerekang berjarak 105 mil dari pesisir Majene. Dibutuhkan waktu 9-10 jam menuju pulau itu jika menggunakan kapal dengan kecepatan 1 knot. Letak kilang migas itu sendiri tidak persis berada di Pulau Lere-lerekang, melainkan 18 kilometer sebelah timur pulau itu atau berada diantara Lere-lerekang dan Majene.
Lapangan Ruby
Blok migas di perairan Pulau
Lere-lerekang di kenal dengan istilah Lapangan Ruby. Operator kilangnya adalah
Pearl Oil Ltd. Di blok ini rencananya Pearl Oil akan memproduksi gas bumi
sebesar 100 juta kaki kubik per hari atau Million Standard Cubic Feet per Day
(MMSCFD) pada
Oktober 2013. Seluruh hasil produksi dari lapangan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Lapangan Ruby dirancang untuk memproduksi gas sekitar 214 miliar kaki kubik atau Billion Cubic Feet (BCF) selama 10 tahun. Laju produksi tertinggi hingga 100 MMSCFD akan berlangsung selama empat tahun. Produksi berasal dari enam sumur. Konsep pengambangan lapangan adalah pembangunan sistem proses terintegrasi yang terdiri dari enam slot Wellhead Platform (WHP) yang terhubung dengan jembatan ke Process and Quarters Platform (PQP) yang terletak di laut dengan kedalaman 60 meter. Gas dan kondensat yang sudah diproses untuk memenuhi spesifikasi penjualan dikirim melalui pipa diameter 14 inci sepanjang 312 km ke Terminal Senipah di Kutai Kartenegara, Kalimantan Timur (Kaltim), yang dioperasikan Total E&P Indonesia. Gas kemudian disalurkan ke PT Pupuk Kaltim melalui jalur
pipa sistem gas Kaltim. (*Sumber Berita Radar Sulbar*)
Oktober 2013. Seluruh hasil produksi dari lapangan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Lapangan Ruby dirancang untuk memproduksi gas sekitar 214 miliar kaki kubik atau Billion Cubic Feet (BCF) selama 10 tahun. Laju produksi tertinggi hingga 100 MMSCFD akan berlangsung selama empat tahun. Produksi berasal dari enam sumur. Konsep pengambangan lapangan adalah pembangunan sistem proses terintegrasi yang terdiri dari enam slot Wellhead Platform (WHP) yang terhubung dengan jembatan ke Process and Quarters Platform (PQP) yang terletak di laut dengan kedalaman 60 meter. Gas dan kondensat yang sudah diproses untuk memenuhi spesifikasi penjualan dikirim melalui pipa diameter 14 inci sepanjang 312 km ke Terminal Senipah di Kutai Kartenegara, Kalimantan Timur (Kaltim), yang dioperasikan Total E&P Indonesia. Gas kemudian disalurkan ke PT Pupuk Kaltim melalui jalur
pipa sistem gas Kaltim. (*Sumber Berita Radar Sulbar*)
0 komentar:
Posting Komentar